16 Juni 2015
PENGERTIAN BERBICARA
Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan
media bahasa, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk
ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan,
pikiran, perasaan menjadi wujud ujaran.
Ujaran yang dimaksud ialah bunyi-bunyi bahasa yang
bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahsa tersebut ingin
dikategorikan sebagai kegiatan berbicara.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu :
1. BERBICARA
MERUPAKAN EKSPRESI DIRI
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari
pembicaraannya, ketika seseirang berbicara pada saat itu dia sedang mengekspresikan
dirinya. Dari bahsa yang digunakan pembicara, dapat diketahui kondisi
mentalnya. Kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang
tidak dapat disembunyikan selama ia masih berbicara. Dengan berbicara seseorang
dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau
hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.
2. BERBICARA
MERUPAKAN KEMAMPUAN MENTAL MOTORIK
Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama
alat-alat ucap secara harmonis unttuk menghasilkan bunyi bahasa tetapi,
berbicara juga melibatkan aspek mental. Bagaimana bunyi bahsa dikaitkan dengan
gagasan yang dimaksud pembicara merupakan suatu keterampilan tersendiri. Dalam
hal ini diperlukan keseimbangan antara gagasan yang ada dalam pikiran dengan
kemampuan menentukan kata-kata yang tepat, gagasan-gagasan yang ada dalam
pikiran pembicara memerlukan saluran yang baik agar gagasan tersebut dapat
keluar dengan sempurna.
3. BERBICARA
MERUPAKAN PROSES SIMBOLIK
Kata yang menjadi dasar dari sebuah ujaran merupakan
simbol bunyi. Sebagai simbol, pemaknaan sebuah kata merupakan kesepakatan antar
si pemakai bahasa. Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya tidak mempunyai
kaitan yang mengikat artinya, penanaman sesuatu dengansebuah kata merupakan
kesepakatan.
Muljana mengatakan, “lambang atau simbol adalah
sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata, prilaku nonverbal, dan objek yang
maknanya disepakati bersama.”
Jika penanaman suatu benda terikat oleh benda yang
dirujuknya, mungkin didunia tidak akan ada perbedaan bahasa. Hambatan itu
sendiri ketika seseorang akan melakukan pembicaraan dengan orang lain yang
kebetulan mempunyai bahasa yang berbeda. Jadi, ketika seorang pembicara
mengucapkan kata-kata pada saat itu dia sedang melakukan simbolisai terhadap
gagasan yang ada dalam pikirannya.
4. BERBICARA
TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU
Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu.
Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna pembicaraan.
Waktu akan mempengaruhi makna ucapan seseorang. Anda akan dapat
membedakan makna assalamualaikum yang diucapkan oleh orang yang bertamu kerumah
pada siang hari dan malam hari. Pada siang hari mungkin ucapan itu dimaknai
sebagai hal yang wajar, akan tetapi jika ucapan itu terjadi pada tengah malam
mungkin anda akan memaknai ucapan tersebut dengan makna yang kurang wajar.
5. BERBICARA
MERUPAKAN KETERAMPILAN BERBAHASA YANG PRODUKTIF
Produktivitas dalam hal ini diartikan sebagai
keterampilan berbahasa yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi,
seiring dengan kemampuan berbahasa lainya yaitu menyimak. Kedua kemampuan ini
tidak dapat dipisahkan karena kedua keterampilan tersebut mempunyai hubungan
resiprokal. Dibandingkan dengan menulis berbicara merupakan kegiatan berbahasa
yang cukup efektif, karena tidak memerlukan persiapan dan media yang cukup
rumit. Selain itu, berbicara mempunyai kelebihan dari segi koreksi dan ralat.
Beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan, yaitu :
a. Membutuhkan
paling sedikit dua orang
Berbicara sebagai bentuk komunikasi tentu saja
memerlukan pihak yang berperan sebagai komunikator dan pihak lainya sebagai
komunikan. Dua pihak ini merupakan faktor penting terjaminnya keberlangsungan
komunikasi.
b. Mempergunakan
studi linguistik yang dipahami bersama
Seperti disebutkan sebelumnya, berbicara merupakan
proses simbolik yaitu penuangan gagasan-gagasan dalam bentuk simbol simbol kebahasaan
yang dimaknai bersama menurut kesepakatan antar pemakai bahasa.
c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan
pendengar
Ketika pembicara menyampaikan gagasan, pendengar
berperan sebagai penyimak. Ketika pesan tersebut direspons oleh pendengar maka
telah terjadi pergantian peran. Ketika penyimak memberikan respon, penyimak
yang sebelumnya berperan sebahai pendengar, sudah berubah perannya menjadi
pembicara, sedangkan pihak yang awal sebagai pembicara, ketika menerima respons
berubak peran menjadi penyimak. Begitu seterusnya pergantian peran antara kedua
pihak.
d. Berhubungan dengan masa kini.
Wacana pembicaraan hanya berlangsung pada masa kini.
TUJUAN DAN JENIS BERBICARA
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan
gagasan-gagasan kepada pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana
penyampaian sesuatu kepada orang lain sesuai dengan tujuan yang diharapkan
pembicara. Menurut Mulyana
pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu :
1. tujuan sosial
2. tujuan ekspresif
3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental
Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan
menitikberatkan pada efek pembicaraan, yaitu :
1. berbicara dengan
meyakinkan pendengar
2. berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar
3. berbicara dengan tujuan memperluas wawasan
pendengar
4. berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang
suatu objek
5. berbicara dengan tujuan menyampaikan pesan
tersirat.
Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda yang dilakukan
berdasarkan 3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku, dan
alur pembicaraan. Berdasarkan situasi berbicara
dapat dikelompokan kedalan dua jenis yaitu :
a. Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada
aturan aturan baik aturan tata krama
maupun kebahasaan.
b. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak
terlalu terikat pada aturan-aturan berlangsung secara spontan dan tanpa
perencanaan.
Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua
jenis yaitu :
a. Berbicara individual yaitu, berbicara yang dialkukan oleh seorang pelaku
pembicara misalnya pidato.
b. Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan
banyak pelaku pembicara misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya,
berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang
dilakukan searah
b. Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang
dilakukan secara dua arah
PERANAN BERBICARA DALAM KESEHARIAN
Berbicara dapat digolongkan kedalam dua jenis yaitu
berbicara formal dan nonformal. Berbicara formal ialah kegiatan berbicara yang
terikat secara ketat oleh aturan aturan, baik aturan yang berkaitan dengan
kebahasaan maupun nonkebahasaan. Sementara berbicara nonformal adalah kegiatan
berbicara yang tidak begitu terikat dengan aturan. Dalam hal ini yang
diutamakan adalah komunikatif, yaitu pendengar dapat memahami pesan dengan
jelas yang dimaksud pembicara.
Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbicara yang digunakan adalah
berbicara nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat berbicara
formal. Jika berbicara formal dibatasi ruang dan waktu, situasi dalam berbicara
nonformal tidak terbatas ruang dan waktu. Dimanapun kegiatan berbicara dapat
dilangsungkan tanpa harus ada persiapan sebelumnya, dan waktu yang digunakan
juga tidak direncanakan sebelumnya.
KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA LAINNYA
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa dapat
dikaitkan dengan kemampuan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan
menulis. Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri,
melainkan keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.
1.
Hubungan Berbicara Dengan Menyimak
Kemampuan
berbahasa seseorang diperoleh dengan pola yang teratur dan tetap. Kemampuan
berbicara dimulai dengan proses menyimak. Ada beberapa hal yang perlu
diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbicara dengan
menyimak, yaitu :
a. Seorang
anak belajar berbicara dimulai dengan menyimak.
b. Terjadinya
pergantian peran antara penyimak dan pembicara.
c. Kemampuan
berbicara dijadikan tolok ukur kemampuan menyimak.
d. Berbicara
dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak.
2. Hubungan
Berbicara Dengan Membaca
Membaca
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat pemahaman, dan membaca dalam
pembahasan disini menggunakan pemahaman yaitu membaca dengan objek huruf. Ada
beberapa hal yang perlu diungkapkan disini berkaitan dengan hubungan antara
keterampilan berbicara dan membaca, yaitu :
a.
Berbicara dapat dijadikan bentuk
reproduksi dari proses membaca.
b.
Pada orang dewasa peningkatan
kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui
proses membaca.
c.
Membaca dapat menjadi sarana
efektif dalam memandu dalam kegiatan berbicara.
3. Hubungan
Berbicara Dengan Menulis
Berbicara bukan merupakan keterampilan berbahasa
yang berdiri sendiri, melainkan keterampilan yang didukung kemampuan lainnya
termasuk menulis. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan
hubungan antara berbicara dan menulis, yaitu :
a.
Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana
pendukung bagi kemampuan berbicara.
b. Menulis sangat diperlukan dalam
kegiatan berbicara dialog.
BERBICARA SEBAGAI PROSES
Proses mengandung pengertian
bahwa ada beberapa hal yang bergerak secara dinamis. Dalam konteks komunikasi
antar pribadi, proses menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari
sesorang kepada orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa berbicara sebagai proses adalah kegiatan
berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara
untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media.
TAHAP-TAHAP DALAM BERBICARA
Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai tahapan-tahapan tertentu.
Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui dengan utuh,
karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah perbuatan.
1.
Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
seorang pembicara, yaitu:
a. Penentuan Topik
b. Penentuan Tujuan
c. Pengumpulan Referensi
d. Penyusunan Kerangka
e. Berlatih
2. Pelaksanaan Kegiatan
Berbicara
Secara umum pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu:
a. Pembukaan
b. Pembahasan Pokok
c. Penutup
3. Evaluasi
Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang
kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan
tersebut seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya.
Matkul : Bahasa Indonesia
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar