Rabu, 21 November 2018

Cerpen ( perkenalan )

     Arfi seorang mahasiswi yang bisa di bilang pendiam pada orang yang tidak begitu dikenalnya dan menjadi seorang yang amat sangat ceria saat berada di tengah - tengah orang yang begitu dikenalnya.
      Arfi tidak begitu banyak memiliki teman, karna sifatnya yang begitu introvet. Namun ketika dia sudah memiliki teman, sebisa mungkin dia menyayangi dan menjaga teman-teman yang di milikinya tersebut.
      Di keluarga pun, arfi sosok anak yang pendiam. Dia tidak pernah menceritakan apapun masalah yang sedang di hadapinya, dia selalu menyimpan semua beban hidupnya sendirian. Di kala sedih, dia tidak pernah menunjukkan raut kesedihan kepada seluruh anggota keluarganya.
      Meskipun arfi sudah dapat di katakan sebagai perempuan dewasa namun pemikirannya masih terbilang polos. Dia tidak tahu mana yang baik dan buruk untuk dirinya, dia juga tidak melihat teman yg tulus ataupun tidak tulus pada dirinya yang dia tahu dan lihat hanya sikap yang di tunjukkan orang tersebut terhadap dirinya. Namun karena kepolosannya tersebut sekarang arfi memiliki masalah yang besar yang mungkin dapat menghancurkan kehidupannya kedepan, masalah tersebut adalah CINTA....

Minggu, 21 Juni 2015

pengertian, tujuan, dan sasaran supervisi


18 Juni 2015

Pengertian Supervisi
·         Secara Etimologi, supervisi diambil dari bahasa Inggris “ Supervision “ yang artinya pengawasan di bidang pendidikan.

·         Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.

·         Menurut Purwanto ( 1987 ), Supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.

Tujuan Supervisi
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Sedangkan tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Secara oprasional adapun tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan, yaitu :
·         Meningkatkan mutu kinerja guru

1. membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.

2. membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya

3. meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.

·         Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.
·         Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.
·         Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal.
·         Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram.

Sasaran Supervisi
Sasaran utama supervisi meningkatkan kemampuan profesional guru. Ada tiga macam bentuk supervisi yang ditinjau dari objek yang disupervisi :
         1.         Supervisi akademik : menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah – masalah akademik, yaitu hal – hal yang berlangsung dalam lingkungan kegiatan pembelajaran.
         2.         Supervisi administrasi : menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek – aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
         3.         Supervisi lembaga : menyebarkan objek pengamatan pada aspek – aspek yang berada disekolah, dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah secara keseluruhan


Matkul : Administrasi Pendidikan

Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd

Rabu, 17 Juni 2015

mendengarkan


17 Juni 2015

Pengertian Mendengarkan
Mendengar  adalah menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi, alat pendengar kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak.
Mendengarkan adalah merespon atau menerima bunyi secara disengaja. Memperhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh orang lain yang sudah mulai melibatkan unsur kejiwaan yang berarti aktivitas mental sudah muncul, hanya belum setinggi aktivitas menyimak.
Dalam system komunikasi mendengarkan merupakan aspek yang sangat penting. Mendengarkan secara efektif  merupakan aktivitas yang aktif dari pikiran kita, bukan suatu aktivitas yang pasif. Mendengarkan mempunyai dua macam pengertian, yaitu mendengarkan dalam arti sempit dan mendengarkan dalam arti yang lebih luas. Mendengarkan dalam arti sempit adalah usaha memperoleh suatu berita atau pesan dengan mempergunakan indera pendengar. Mendengarkan dalam arti luas adalah usaha untuk memperoleh pengertian dengan mempergunakan indera pendengaran dan kemampuan pikiran untuk mengadakan interpretasi terhadap berita atau pesan ayng diterima baik secara lisan maupun tertulis.
Mendengarkan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa, kita menjumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Namun, dalam mengartikannya sering muncul perbedaan pendapat. Untuk itu perlu kita beri penekanan arti dari masing-masing kata tersebut.
Tujuan mendengarkan
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula pendengarnya. Dalam mendengarkan seseorang selalu mempunyai tujuan.
Tujuan mendengarkan dalam kehidupan sehari – hari,kita selalu berkomunikasi lisan dengan orang lain. Dalam komunikasi tersebut kita akan menyampaikan dan menerima informasi. Proses penyampaian informasi secara lisan disebut berbicara. Sedangkan proses menerima informasi disebut mendengarakn. Tujuan orang mendengarkan adalah untuk memperoleh informasi yang ada hubungannya dengan profesi, mengumpulkan data untuk membuat keputusan, dan untuk memberikan respon yang tepat. Selain itu, tujuan lain dari mendengarkan adalah untuk memeproleh pengetahuan secara langsung, melalui radio, televisi, dan lain – lain.

Menurut Hunt dalam HG Tarigan (1981: 14), tujuan mendengarkan ada empat yaitu:
a. untuk memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
b. agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c.untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d. memberikan respon yang tepat.
Menurut Logan dalam HG Tarigan (1972: 42) tujuan orang dalam mendengarkan ada beberapa hal yaitu:
a. Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk belajar.
Hal ini didapatkan dari nara sumber langsung atau melalui audio visual.
b. Menikmati keindahan audio
Ini didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
c.Mengevaluasi
Dalam mengevaluasi, para penyimak ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar, tidak benar, jelek, logis, dan tidak logis.
d. Mengapresiasi bahan simakan
Dalam mendengarkan ada orang mendengarkan dengan maksud dan tujuan agar dapat menikmati serta menghargai apa yang disimak.
e. Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
Ada orang yang mendengarkan dengan maksud agar dia dapat
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaannya
kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f. Membedakan bunyi-bunyi
Dalam membedakan bunyi ini, biasanya ketika orang belajar bahasa asing.
g. Memecahkan masalah
Biasanya penyimak mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
h. Untuk meyakinkan
Seseorang mendengarkan dengan tekun karena untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan mulai dari memperoleh informasi sampai pada pemecahan masalah
Jenis-jenis mendengarkan :
Berikut ini dibahas jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya. Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan menjadi dua jenis yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Kedua jenis mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Mendengarkan Ekstensif
Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
1) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
2) Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
3) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.
4) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik.

Mendengarkan Intensif
Mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ciri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif
Menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a. Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
b. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak.
Agar mendengarkan dapat dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
c. Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.

d. Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan (berbicara).
Reproduksi dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan menulis atau mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan (d) untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
Setelah kita mempelajari ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas jenis-jenis mendengarkan intensif. Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan konsentratif, mendengarkan eksploratif, mendengarkan interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)
.a Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis: (a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
b. Mendengarkan konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
Kegiatan mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsur-unsur dalam bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
c. Mendengarkan eksploratif
Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak; (a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan datang, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
d. Mendengarkan interogatif
Mendengarkan interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
e. Mendengarkan selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
Mendengarkan selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (c) mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
f. Mendengarkan kreatif
Mendengarkan kreatif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.

Tahap-tahap mendengarkan    
Dalam proses mendengar, mendengar dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil mendengarkan yang tujuannya akhirnya apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut ini tahap-tahap dalam mendengarkan menurut (Tarigan: 1990: 58) ada lima yaitu:
a. Tahap mendengar
Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.
b. Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c. Tahap menginterpretasi
Pendengar yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.



d. Tahap mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendengarkan
Sedangkan HG Tarigan; 1986: 99-107, mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mendengarkan adalah sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
Pada waktu mendengarkan faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalammendengarkan. Di sekolah guru hendaklah dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana belajar yang tidak mudah mendatangkan gangguan bagi kegiatan mendengarkan Apabila siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar simakan jelas.

b. Faktor Psikologis
Di samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
1) Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
2) Egois terhadap masalah pribadi.
3) Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
4) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan.
5) Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
c. Faktor Pengalaman
Pengalaman adalah faktor yang sangat penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan maka bahan simakan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain itu kosakata yang dimiliki si penyimak pun sangat banyak dan jika menyampaikan kembali sangatlah lancar.
d. Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.
e. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. .Dalam kegiatan mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri.Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan bersemangat mendengarkannya.
f. Faktor Jenis Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
g. Faktor Lingkungan
Dalam faktor lingkungan dapat dibagi dua yaitu (1) lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu sarana pendukung di antaranya akustik. Guru harus mengarahkan dengan jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat mendengarkan dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam mendengarkan sebaiknya wacana yang dibacakan mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide yang didengarkan.
h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Mendengarkan tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa melalui radio, TV, nara sumber, dan masyarakat sekitarnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai pendengar yang baik kita harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.
Teknik mendengarkan aktif
Ada beberapa teknik mendengarkan aktif yang membantu kita dalam mendengarkan, seperti yang dijelaskan oleh Newkirk dan Linden (1982). Mereka adalah: parafrase, refleksi, teknik netral, klarifikasi dan summarization. Teknik pertama, parafrase, adalah mengulang kata-kata pembicara. Ini sangat berguna dalam pengujian pemahaman kita tentang apa yang pembicara maksudkan dan memungkinkan mereka tahu kita secara aktif mendengarkan. Refleksi, ini sedikit berbeda dari parafrase, bahwa pendengar memberitahu pembicara apa yang pendengar rasakan dari isi pesan. Hal ini terutama penting ketika pembicara mengekspresikan perasaan yang kuat. Teknik netral mendorong pembicara untuk terus berbicara. Sebuah anggukan sederhana kepala atau "uh-huh" biasanya sinyal efektif yang pendengar berikan untuk beristirahat dan mendengarkan. Klarifikasi adalah teknik yang digunakan ketika kita membutuhkan informasi lebih lanjut yang bersifat khusus. Ini biasanya mengambil bentuk pertanyaan. Teknik terakhir adalah summarization. Ini melibatkan menggabungkan pikiran pembicara ke dalam sebuah pernyataan singkat yang berfokus pada poin kunci pembicara. Hal ini terutama berharga dalam diskusi kelompok di mana beberapa pernyataan dari orang yang berbeda perlu dikombinasikan.
Mendengarkan secara empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami seseorang atau sesuatu dari perspektif orang lain (Axley, 1996). Ini adalah upaya tulus dan berkelanjutan untuk menghargai bagaimana dan mengapa orang lain menafsirkan hal-hal tersebut dan untuk memahami sesuatu dengan cara orang memahami itu. Atwater (1992) menggambarkan “mendengarkan secara empati” sebagai mengalami dunia batin orang lain seolah-olah melangkah dengan ‘sepatu’ pembicara sendiri. Pendengar empati berusaha untuk memperoleh pemahaman akurat tentang orang lain dari frame pribadi mereka, dan untuk menyampaikan pemahaman yang kembali ke orang tersebut. Atwater (1992) mengidentifikasi tiga hal yang bisa dilakukan pendengar untuk menyampaikan empati. Pertama, menunjukkan keinginan untuk memahami orang tersebut. Kedua, mencerminkan perasaan seseorang. Ketiga, perilaku sensorik dan non-verbal seseorang.
Menunjukkan keinginan untuk memahami, membantu untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain ketika pemahaman kita rendah akan pesan pembicara. Ini melibatkan penggunaan respon, baik verbal maupun nonverbal. Menggunakan keterampilan mendengarkan dengan aktif seperti; klarifikasi, parafrase dan meringkas menunjukkan secara signifikan keinginan kita untuk memahami dunia batin pembicara. Selain itu, penggunaan "keterampilan menghadiri" seperti; meminimalkan gangguan, kontak mata yang tepat, dan animasi yang tepat semua menunjukkan keinginan kita untuk mengerti. Mengekspresikan keinginan kita untuk memahami orang lain penting, terutama dalam situasi di mana orang cenderung untuk percaya bahwa kita ingin memahami. Dalam kesempatan ini, melibatkan konflik atau emosi yang kuat, dan menunjukkan keinginan untuk mendengarkan daripada berbicara menunjukkan bahwa kita peduli tentang orang itu dan bahwa kita terbuka untuk komunikasi.
Ketika kita berpikir kita memahami perasaan seseorang, adalah langkah awal dalam menyampaikan empati kita. Mencerminkan kembali ke pembicara perasaan yang diungkapkan adalah cara yang paling efektif untuk melakukannya. Merefleksikan perasaan orang tersebut dapat mencapai beberapa tujuan; membantu orang merasa dimengerti terutama bila dilakukan dengan benar, mendorong orang untuk menjadi lebih menyadari perasaan mereka dan mengungkapkannya, membantu membedakan berbagai perasaan pembicara dengan lebih akurat, dan akhirnya refleksi sangat membantu dalam mengungkapkan perasaan-perasaan negatif seperti marah atau takut. Sebuah respon refleksi membantu kita mengekspresikan perasaan lebih penuh dan memfasilitasi komunikasi.
Pendengar yang merespon dalam modus sensorik dan nonverbal yang sama sebagai pembicara, dianggap lebih empati. Atwater (1992) mencatat mendengarkan dengan empati dengan cara berikut; Ketika orang merasa sangat memahami, mereka lebih cenderung untuk merasa diterima, diperhatikan dan dihargai oleh pendengar, dan sebagian besar pengaruh pemahaman empati berasal dari kualitas tidak menghakimi dalam mendengarkan. Empati meningkatkan kerjasama dan membangun hubungan dengan orang-orang, baik hubungan pribadi maupun kelompok.
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya mendengarkan adalah kerja keras. Hal ini dapat sangat melelahkan untuk mendengarkan dengan cara yang dijelaskan di atas, dan membutuhkan konsentrasi terfokus terus-menerus. Jika pemimpin memahami definisi dan pentingnya mendengarkan dan mempraktikkan dalam hubungan manajerial dan pribadi mereka, mereka akan menjadi pendengar dan pemimpin yang efektif. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang mau mendengar. Mendengarkan setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Karena salah satu kesalahan seorang pemimpin adalah kurang mendengarkan bawahan (yang dipimpin) dan hanya meniru atasannya saja. Pandanglah atasan anda sebagai seorang partner dalam mengembangkan diri.
Dapat disimpulkan bahwa faktor penilai apakah seseorang adalah leader yang baik atau bukan adalah kemampuan mendengar atau listen. Seorang pemimpin ataupun calon pemimpin yang baik harus mau mendengar. Kemampuan mendengar adalah syarat utama. Tanpa kemampuan mendengar yang baik pemimpin tidak akan sukses meskipun dia pintar. Dari pengalamannya banyak orang pintar tidak mampu menjadi pemimpin karena dia tidak mau mendengarkan.
Pengertian menyampaikan
Menyampaikan adalah memberikan informasi kepada orang lain.
Pesan adalah suatu bagian dalam proses komunikasi berupa paduann dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan pada orang lain.
Dalam setiap melakukan komunikasi unsur penting diantaranya adalah pesan, karna pesan disampaikan melalui cara yang tepat, bahasa yang dimengrti, kata – kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud serta  tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah diterima oleh orang lain
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika menyampaikan pesan/informasi kepada orang lain :
a.       Ingat-ingatlah pokok-pokok informasi yang hendak kamu sampaikan
b.      Menyampaikan informasi itu kepada orang lain dengan baik dan benar
c.       Informasi diucapkan dengan jelas dan dengan nada yang meyakinkan
Menyampaikan pesan pendek yang didengar kepada orang lain. Jika menyampaikan pesan kepada orang lain harus dengan jelas dan kata-kata yang mudah dipahami.
Contoh percakapan  antara Dimas dan Reza:
Dimas : Za, nanti sepulang sekolah tolong mampir kerumah Dafa yah!
Reza : Untuk apa ka ?
Dimas : Tolong sampaikan kepada Dafa besok lusa kakak ingin kerumahnya untuk   membicarakan tentang Naik Gunung
Reza : Baik ka, nanti akan aku sampaikan pesan dari kakak untuk ka Dafa. Apa ada pesan lainnya ka, yang harus aku sampaikan ke ka Dafa ?
Dimas : Sudah itu saja.


Matkul : PBSI

Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd

prinsip - prinsip supervisi


17 Juni 2015


Dalam pengertian umum prinsip adalah suatu pegangan hidup yang diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia inginkan atau diprogramkan.
Sementara supervisi pendidikan diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru – guru. Bimbingan profsional yang dimaksud adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru – guru untuk berkembang secara profesional, agar lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid – murid.

Prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan adalah:
       
A.    Ilmiah, artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan dilaksanakan harus sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.

·         Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan berkelanjutan.
Maksudnya kegiatan supervisi memiliki perencanaan supervisi memiliki perencanaan yang pasti, teratur, pelaksanaannya secara berkelanjutan dan terus menerus

·         Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata
Maksudnya seorang supervisi tidak boleh menyimpulkan sebuah permasalahan tanpa meninjau atau menindak lanjuti dari fakta – fakta yang ada, hanya mengandalkan penafsiran diri sendiri.

·         Menggunakan alat ( instrumen ) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Misalnya untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data, seperti angket, observasi, dan percakapan pribadi.

B.     Kooperatif, program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama antar supervisor dengan orang yang disupervisi. Dalam hal ini supervisor hendaknya dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan masyarakat sekolah yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.

C.     Konstruktif dan kreatif, membina para guru untuk selalu mengambil inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
D.    Realistik, pelakasanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan memperhatikan segala sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan kondisi yang obyektif.

E.     Progresif, setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari ukuran dan perhatian. Artinya apakah yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan pembelajaran yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar mengajar.
.     
F.      Inovatif, program supervisi pendidikan selalu melakukan perubahan dengan penemuan-     penemuan baru dalam rangka perbaikan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan

G.    Demokratis, prinsip yang menjungjung tinggi musyawara. Perlu diingat, seorang      supervisor tidak boleh memiliki sifat terlalu menjaga image . jadi dengan prinsip demokratis ini dapat tercipta kerukunan yang erat antara kedua belah pihak, hubungan kekeluargaan yang baik, kesatuan fikiran dan tujuan.
 
H.    Prinsip kerjasama, artinya mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi   sharing of idea, sharing of experience dan memberi support sehingga mereka merasakan tumbuh bersama. Maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendakanya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah. Dengan adanya kerjasama tersebut, terciptalah situasi belajar mengajar lebih baik.
Tipe – Tipe Supervisi
Briggs mengemukakan empat type supervisi dari pelaksanaanya :
·         Corective supervision
Kegiatan supervisi ini lebih dalam bentuk mencari kesalahan – kesalahan orang yang disupervisi, sehingga hanya menekankan pada penemuan kesalahan saja. Maka supervisi jenis ini bukanlah alat yang efektif untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
·         Preventive supervision
Kegiatan supervisi lebih pada usaha melindungi guru dari berbuat kesalahan, sebagai akibatnya guru tidak berani melakukan hal lain kecuali yang telah ditetapkan, sehingga guru kurang memiliki kepercayaan pada diri sendiri.
·         Courtructive supervision
Supervisi yang berorientasi kepada masa depan, dengan melihat kesalahan dan membangunnya agar lebih baik dan melihat hal baru dan berusaha untuk mengembangkannya.
·         Creative supervision
Supervisi ini melihat guru lebih besar peranannya dalam mengusahakan perbaikan proses belajar – mengajar, dan usaha untuk memperbaikinya lebih diserahkan pada guru sendiri, supervision atau kepala sekolah hanyalah menciptakan situasi yang dapat menimbulkan daya kreatif dari guru – guru.
Adapun tipe tipe lain dalam supervisi diantaranya :
·         Tipe inspeksi
Tipe seperti ini biasanya lebih mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai inspektur yang brtugas mengawasi pekerjaan guru.
·         Tipe Laisses Faire
Pada supervisi ini para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar, misalnya guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode, ataupun alat pelajaran.
·         Tipe Coersive
Bersifat memaksa kehendak seorang supervisor. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal – hal yang bersifat awal. Contohnya supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu – ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
·         Tipe training dan guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.


Matkul : Administrasi Pendidikan

Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd